Proses
supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk
setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai
fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material.
Salah satu
faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur
informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata
rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang
menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto,
2003). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap
channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang
juga tidak kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan Djokopranoto
(2003) dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan
yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu adalah:
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber
yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan
dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber
pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga
supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau
sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.
Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua,
yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain
yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit,
mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan
mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.
Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada
di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk
penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat
diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan
konsep supplier partnering misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.
Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer
sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk
menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini
biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang dalam
jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam
jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung
sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada
kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan
biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang
baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini
menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna
barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada,
pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan pembelian. Walaupun
secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih
ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet)
ke real customer dan real user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata
rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba
di real customers dan real user.
sumber : https://sites.google.com/site/operasiproduksi/manajemen-rantai-pasokan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar