Pada awalnya orang percaya bahwa bila seseorang
melakukan suatu pekerjaan yang sama secara berulang-ulang, maka karyawan
tersebut akan menjadi semakin lancar dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut
sejalan dengan pengalamannya. Dengan semakin lancarnya pelaksanaan pekerjaan
tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya pun semakin cepat
atau pendek. Dengan kata lain, bila suatu pekerjaan diulang secara ajeg, maka
waktu yang digunakan akan menjadi lebih pendek dibanding dengan saat pertama
kali dikerjakan dan secara ajeg pula akan turun dengan tingkat tertentu sesuai
dengan tingkat pengalaman, adaptasi, dan belajarnya. Gejala ini menunjukkan
adanya adaptasi pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Adaptasi terhadap
pekerjaan tersebut didorong oleh keinginan setiap individu pekerja untuk
melaksanakan gerakan ekonomis. Gejala tersebut dapat dijelaskan melalui “kurva
belajar” atau “Kurva Pengalaman”. Gejala Learning Curve terjadi pada setiap
macam organisasi usaha manusia Learning Curve adalah sebuah gejala yang
universal. Selagi di situ ada manusia yang terlibat dalam kegiatan, maka di
situ pasti ada proses belajar betapa pun kecil kadarnya. Belajar adalah produk
pengalaman. Belajar hanya dapat terjadi melalui usaha untuk menyelesaikan suatu
persoalan dan oleh karena itu hanya terjadi selama kegiatan. Bagaimanapun juga,
pengalaman sebelumnya adalah ‘a significant role’ yang mengubah persepsi
seseorang
Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara luas di dunia bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman penting dan menjadi bagian yang integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk.
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:
Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara luas di dunia bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman penting dan menjadi bagian yang integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk.
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:
1.
Bertambahnya
pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi.
2.
Bila
jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan
satu satuan unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.
Konsep Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
Dengan menggunakan pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor perbaikan komulatif dapat langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu menghitung, terutama bila jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel maka model analisis yang menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk mengestimasi output.
Konsep Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
Dengan menggunakan pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor perbaikan komulatif dapat langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu menghitung, terutama bila jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel maka model analisis yang menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk mengestimasi output.
Asumsi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
Teori kurva pemngalaman didasarkan pada tiga asumsi:
1.
Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau unit produk tertentu
akan berkurang setiap kali tugas tersebut dilakukan.
2.
Waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu akan menurun pada suatu
tingkat penurunan.
3.
Pengurangan
waktu akan mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Estimasi Persentase Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
Jika produksi telah dilakukan beberapa kalo maka persentase learning dapat dengan mudah diperoleh dari catatan-catatan produksi. Semakin panjang atau banyak data historis yang tersedia, maka estimasi dapat lebih akurat. Oleh karena berbagai variasi masalah mungkin saja terjadi selama tahapan produksi, maka banyak perusahaan tidak mengumpulkan data untuk kepentingan analisis learning sampai semua unit selesai diproduksi.
Lain dari itu penggunaan analisis statistik juga dimungkinkan. Misalnya dengan mencari bentuk model yang paling cocok untuk data-data historis yang ada apakah ekxponensial atau garis lurus. Jika produksi belum pernah dilakukan, maka mengestimasi persentase learning menjadi hal yang sedikit memerlukan pengamatan langsung, atau dengan salah satu cara berikut:
1.
Mengasumsikan
persentase learning sama dengan persentase learning pada industri sejenis.
2.
Mengasumsikan
bahwa persentase learning sama dengan yang digunakan untuk pembuatan produk
yang sama atau mirip.
3.
Menganalisis
kemiripan dan perbedaan antara saat permulaan produksi yang diusulkan dan
yang terjadi dan mengembangkan persentase learning yang sesuai dengan situasi.
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja individu dan tingkat pembelajaran. Setidaknya ada dua unsur yakni 1) tingkat pembelajaran dan 2) tingkat kinerja atau performance awal. Sebagai ilustrasi, misalnya ada dua pelamar A dan B. Keduanya menjalani tes mekanis sederhana yang diberikan oleh departemen personalia sebagai bagian dari aplikasi mereka untuk bekerja di perakitan bidang manufaktur. A memiliki titik awal performance waktu jauh lebih cepat dari B tetapi memiliki tingkat belajar lebih lambat dari B. Meskipun B memiliki performance awal yang lebih rendah dari A. tetapi jelas merupakan pilihan yang baik karena memiliki tingkat belajar yang lebih cepat daripada A. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran merupakan hal penting selain tingkat kinerja awal.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja individu berdasarkan kurva pembelajaran
yakni:
1.
Perekrutan/pemilihan
pekerja yang memadai. Sebuah tes harus diberikan untuk membantu memilihpekerja.
Tes ini harus mewakili pekerjaan yang direncanakan: tes ketangkasan untuk
perakitan kerja, tes kemampuan mental untuk pekerjaan mental, tes untuk
interaksi dengan pelanggan untuk pekerjaan front office, dan sebagainya.
2.
Pelatihan
yang meamdai. Semakin efektif pelatihan, semakin cepat laju pembelajaran.
3.
Motivasi.
Peningkatan produktivitas berdasarkan kurva pembelajaran tidak tercapai kecuali
ada hadiah atau reward. Hadiah dapat berupa uang (individu atau kelompok rencana
insentif) atau nonmoneter (karyawan penghargaan bulan, dll).
4.
Spesialisasi
pekerjaan. Sebagaimana diketahui bahwa semakin sederhana tugas, semakin cepat
belajar. sejauh faktor kebosanan tidak mengganggu. Namun, jika faktor
kebosanan telah berubah menjadi faktor yang bersifat mengganggu, maka mendesain
ulang tugas perlu dilakukan.
5.
Hanya
melakukan satu atau sedikit pekerjaan pada satu waktu. Pembelajaran akan lebih
cepat untuk pekerjaan yang dilakukan satu per satu hingga selesai pada satu
waktu daripada melakukan banyak pekerjaan secara simultan secara
bersamaan
6.
Gunakan
alat atau peralatan yang membantu atau mendukung kinerja.
7.
Menyediakan
akses cepat dan mudah untuk bantuan. Manfaat pelatihan diwujudkan dan
dilanjutkan dengan senantiasa menyediakan pendampingan.
8.
Mengijinkan
pekerja untuk membantu mendesain ulang tugas-tugas mereka.
Studi terkait
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu telah dilakukan oleh
para pakar seperti Miguel A. Requero
dan W.B. Hirschman, Blankenship & Taylor, dan Cochran. Penelitian mereka
berhasil menemukan beberapa gejala sehubungan
dengan kurva pembelajaran individu. Temuan-temuan tersebut antara lain:
- Gejala Kurva Belajar Mesin-manusia
Studi Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman pada
perusahaan pesawatan terbang untuk pekerjaan perakitan dan pekerjaan mesin
menemukan bahwa
1.
Apabila
konsep belajar dikaitkan dengan orang, maka semakin kecil proporsi manusia,
maka semakin berkurang kapasitas untuk belajar,
2.
Learning
Curve pada akhir kontrak menunjukkan kurva belajar yang justru menaik(
memburuk). Hal ini dapat terjadi bila pekerja dipindahkan ke bagian lain
dan menyebabkan kegiatan menjadi tidak efisien.
3.
Gejala
kurva menaik (memburuk) dapat terjadi di tengah kontrak. Gejala tersebut
terjadi karena pemberhentian kegiatan sementara, sebagai misal karena
disebabkan oleh pengenalan perubahan model, atau memindahkan kegiatan pada
tempat yang baru. Segera setelah kegiatan tersebut dimulai lagi, kurva akan
menurun dengan cepat dan mendekati slope kurva yang lama.
- Gejala Kurva Belajar dari Pengalaman
Penelitian
Blankenship & Taylor pada tahun 1938 di pabrik tekstil dan kemudian
penelitian E.N. Corlett & V.J. Marcombe tentang Gejala kurva belajar dalam
pelatihan Gejala belajar dari pengalaman yang memungkinkan seseorang
memperbaiki kinerjanya tampak dengan jelas di dalam proses pelatihan
Pada 10 minggu pertama, terjadi peningkatan kinerja yan sangat tajam, dan hal itu terjadi pada setiap keompk baik covering, trimming maupun hemming. Setelah 10 minggu yang pertama, peningkatan kinerja lebih rendah dibanding sebelumnya. Dan, pada minggu ke-30 dan seterusnya, relatif tidak ada perbaikan kinerja lagi pada ketiga kelompok tersebut, dan bahkan pada minggu setelah ke-40, tidak ada lagi perbaikan kinerja. Kiranya gejala inilah yang umum terjadi bila seoran melaksanakan suatu kegiatan. Semakin lama seseorang mengerjakan pekerjaan yang sama, semakin ahli ia mengerjakan pekerjaan itu, dan semakin sedikit waktu yang ia butuhkan untuk mengerjakan setiap unitnya. Atau dengan kata lain, semakin sering seseorang menghadapi suatu masalah, semakin berpengalaman ia menangani masalah tersebut.
Pada 10 minggu pertama, terjadi peningkatan kinerja yan sangat tajam, dan hal itu terjadi pada setiap keompk baik covering, trimming maupun hemming. Setelah 10 minggu yang pertama, peningkatan kinerja lebih rendah dibanding sebelumnya. Dan, pada minggu ke-30 dan seterusnya, relatif tidak ada perbaikan kinerja lagi pada ketiga kelompok tersebut, dan bahkan pada minggu setelah ke-40, tidak ada lagi perbaikan kinerja. Kiranya gejala inilah yang umum terjadi bila seoran melaksanakan suatu kegiatan. Semakin lama seseorang mengerjakan pekerjaan yang sama, semakin ahli ia mengerjakan pekerjaan itu, dan semakin sedikit waktu yang ia butuhkan untuk mengerjakan setiap unitnya. Atau dengan kata lain, semakin sering seseorang menghadapi suatu masalah, semakin berpengalaman ia menangani masalah tersebut.
- Gejala Kehilangan Pedoman
Penelitian ini
didasarkan pada lapran Cochran pada bulan Januari, 1969[14] Sebuah kelas dengan
18 gadis yang belajar mengetik selama periode satu tahun, menunjukkan
bagaimana pengaruh tidak ada kegiatan selama beberapa hari berturut-turut
terhadap adaptasi seseorang. Apakah tingkat kecepatan seseorang untuk
mengerjakan suatu pekerjaan berubah bila ia berhent untuk sementara waktu?
Hasil penelitian tersebut mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Hal yang dapat kita pelajari dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cochran pada bulan Januari 1969 ini adalah bahwa proses belajar dari pengalaman bagi seseorang yang mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan suatu pekerjaan yang kurang dikenalnya. kehilangan pedoman, yaitu istilah untuk menandai peristiwa tersebut, akan menyebabkan produktifitas menurun, namun, itu tidak berlangsung lama karena kecepatan akan kembali seperti sebelumnya, dan proses belajar dari pengalaman tersebut akan berlanjut. Semakin sering seseorang mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, semakin kecil pengaruh tahap kehilangan pedoman baginya.
Hal yang dapat kita pelajari dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cochran pada bulan Januari 1969 ini adalah bahwa proses belajar dari pengalaman bagi seseorang yang mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan suatu pekerjaan yang kurang dikenalnya. kehilangan pedoman, yaitu istilah untuk menandai peristiwa tersebut, akan menyebabkan produktifitas menurun, namun, itu tidak berlangsung lama karena kecepatan akan kembali seperti sebelumnya, dan proses belajar dari pengalaman tersebut akan berlanjut. Semakin sering seseorang mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, semakin kecil pengaruh tahap kehilangan pedoman baginya.
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Organisasi
Tidak hanya individu, Organisasi juga belajar. Bagaimanapun, pembelajaran organisasi adalah penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Untuk individu, relatif mudah untuk menjelaskan konsep bagaimana pengetahuan diperoleh dan dipertahankan dan bagaimana hal ini menghasilkan efek belajar individu. Sedikit berbeda dalam konteks organisasi, sumber utama pembelajaran organisasi adalah pembelajaran individu karyawan. Sebuah organisasi memperoleh pengetahuan dalam teknologi, struktur, dokumen dan prosedur operasi standar. Dengan demikian, dalam konteks organisasi, diharapkan dua jenis pembelajaran terjadi secara simultan dan sering memberikan efek kombinasi dengan kurva pembelajaran tunggal. Misalnya, sebagai unit manufaktur menjadi berpengalaman, pengetahuan tertanam dalam perangkat lunak dan perkakas yang digunakan untuk produksi.
Pengetahuan tertanam dalam struktur organisasi. Sebagai contoh, ketika sebuah organisasi menggeser kelompok teknik industri dari sebuah organisasi fungsional terpusat dalam satu daerah ke sebuah organisasi terdesentralisasi di mana individu-individu dikerahkan pada bagian tertentu dari lantai pabrik, maka pengetahuan tentang bagaimana menjadi lebih produktif tertanam di struktur organisasi..Pengetahuan dapat terdepresiasi jika individu meninggalkan organisasi. Misalnya, sebuah perusahaan mempekerjakan beberapa karyawan baru untuk menggantikan karyawan lama yang keluar. Agar tidak mengganggu proses dalam mencapai target produksi, karyawan baru tersebut ditempatkan melalui program pelatihan empat minggu. Hal ini menyebabkan biaya awal naik selama produksi karena para pekerja belum berpengalaman. Meski pengetahuan dapat tertanam, namun juga dapat terdepresiasi jika teknologi menjadi tidak dapat diakses atau sulit untuk digunakan. Contoh dari hal ini adalah kesulitan dalam mengakses data yang dikumpulkan dan disimpan dalam floopy disk. Sekarang, data tersebut sulit diakses karena data yang direkam oleh peralatan yang lama tidak dapat dibaca dengan peralatan yang baru atau peralatan yang lama sudah tidak dapat dioperasikan lagi. Pengetahuan dapat juga terdepresiasi jika catatan perusahaan dan proses rutin hilang. Misalnya ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi kembali produk-produk yang sudah lama dihentikan, perusahaan tidak dapat menemukan catatan atau cetak biru produks tersebut. Peneltian Dr. S.A. Billon, College of Busniness, Michigan State University.memberikan informasi bahwa bahwa dalam “confidence limits” tertentu, Learning Curve linier bisa digunakan untukmemprediksi kebutuhan waktu produksi. Namun, ditemukan pula bahwa, 1) Learning Rate cenderung berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain untuk pembuatan produk yang sama. 2 ) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang berbeda meskipum oleh satu perusahaan yang sama. 3) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang sama dengan model yang berbeda yang dibuat-buat oleh satu perusahaan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar