Sistem persediaan/ inventori memberikan struktur
organisasi dan kebijakan operasi untuk menjaga dan mengendalikan barang-barang
yang disimpan. Sistem bertanggung jawab atas pemesanan dan penenrimaan barang:
timing pemesanan dan pencatatan apa yang telah dipesan, berapa banyak, dan dari
siapa.
Klasifikasi Sistem Persediaan
Ada dua jenis utama tipe sistem inventori, yakni
A. Sistem Persediaan/ Inventori untuk Permintaan Independen
- Fixed Order Quantity Model atau FOQ atau Q Model (Model Jumlah
Pemesanan Tetap)
Yang termasuk dalam kategori ini
i. EOQ.
ii. Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan penggunaan selama waktu produksi
iii. Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan target tingkat layanan tertentu
ii. Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan penggunaan selama waktu produksi
iii. Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan target tingkat layanan tertentu
- Fixed Time Periode Model atau P Model ( Model Periode Waktu Tetap).
Yang termasuk dalam kategori ini adalah Sistem interval pemesanan tetap.
- Special Purpose Model
Model yang mengakomodasi tujuan-tujuan khusus dalam
mengelola inventori. Yang termasuk kelompok ini antara lain:
1) Price-Break Model
2) Single-periode Model
2) Single-periode Model
- Miscellaneous System
1) Sistim Inventori Sederhana
a. Sistim penambahan opsional
b. Two-bin System
c. One-bin system
d. dll
b. Two-bin System
c. One-bin system
d. dll
2) Klasifikasi dan Prioritasisasi
Inventori ABC
3) Penghitungan Perputaran dan Akurasi Inventori
3) Penghitungan Perputaran dan Akurasi Inventori
B. Sistim Inventori untuk Permintaan Dependen
Berikut ini beberapa teknik pengelolaan persediaan untuk permintaan yang dependen:
Berikut ini beberapa teknik pengelolaan persediaan untuk permintaan yang dependen:
a) Materials Required Planning (MRP)
b) Manufacture Resource Planning (The big MRP) / Enterprise Resource Planning (ERP)
b) Manufacture Resource Planning (The big MRP) / Enterprise Resource Planning (ERP)
Sistem Inventori untuk Permintaan Independen
Untuk mengelola persediaan yang menyangkut item-item dimana sifat permintaannya independen, ada empat model yang dapat digunakan:
1. Fixed Order Quantity Model atau FOQ atau Q Model (Model Pemesanan dengan Jumlah Tetap)
Fixed- Order Quantity Model atau Q model adalah model untuk menentukan titik spesifik, R, saat dimana pemesanan dilakukan dan jumlah yang harus dipesan, Q. Titik pemesanan, R, biasanya dinyatakan dalam jumlah untit inventori pada level R. Perhitungan Q digunakan rumus EOQ (Economic Order Quantity) atau juga disebut sebagai Optimal Order Quantity. Berbagai model yang masuk kategori Q model antara lain :
- EOQ
Yang perlu diperhatikan dari model tersebut adalah
bahwa asumsi-asumsi yang digunakan tidak realistik. Akan tetapi, model tersebut
dapat digunakan sebagai pijakan awal untuk memahami manajemen inventori.
- Fixed Order Quantity Model (Q Model) dengan Adanya Penggunaan Selama
Waktu Produksi / Economic Production Quantity (EPQ).
Model sebelumnya mengasumsikan bahwa jumlah yang
dipesan akan diterima dalam sekali antar, pada hal dalam kenyataan tidak selalu
demikian. Pada banyak situasi, produksi dari item persediaan dan penggunaan
item tersebut berjalan secara simultan. Hal ini benar bila satu bagian dari
sistim produksi bertindak sebagai supplier bagi bagian yang lain. Pada kasus
yang demikian, bila d adalah tingkat permintaan (demand rate) yang konstan
untuk item yang diproduksi dan p adalah tingkat produksi (production rate)
2.
Fixed-Time Periode Model atau FTP atau P Model
Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk setiap kali pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode monitoring. Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan Fixed-Order Quantity (Q Model) adalah sebagai berikut:
Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk setiap kali pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode monitoring. Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan Fixed-Order Quantity (Q Model) adalah sebagai berikut:
|
Aspek
|
Q Model/ FOQ
|
P Model/ FTP
|
1
|
Jumlah yang dipesan
|
Konstan, jumlah yang
dipesan setiap waktu sama
|
Variabel, jumlah
yang dipesan untuk setiap kali pesan senantiasi bervariasi
|
2
|
Waktu pemesanan
|
Pemesanan/pemesanan
kembali dilakukan pada saat inventori berada pada tingkat reorder (R)
|
Pemesanan/pemesanan
kembali dilakukan pada saat dilakukan review yang dilakukan secara berkala
dengan tenggang waktu yang tetap.
|
3
|
Pencatatan
|
Pencatatan dilakukan
setiap kali ada penambahan atau pengurangan inventori
|
Dihitung hanya pada
saat periode review tiba.
|
4
|
Ukuran Inventori
|
Lebih sedikit
dibanding P model
|
Lebih banyak
dibanding Q model
|
5
|
Waktu pemeliharaan
|
Lebih tinggi karena
pencatatan dilakukan secara perpetual
|
|
6
|
Jenis item
|
Harganya lebih
mahal, kritikal, dan penting.
|
|
Beberapa model yang masuk kategori Fixed-Time Periode (P Model) antara lain:
- Fixed Time Periode FTP atau P Model dengan Tingkat Layanan Tertentu
Pada
sistim fixed time period, pemesanan kembali dilakukan pada saat review (T) dan
lead time (L) yang konstan, serta safety stock sebanyak:
- Special Purpose Model (Model Tujuan Khusus)
Ada dua macam model yang termasuk dalam kategori model
tujuan khusus, yakni:
i) Price-Break Model
Model ini digunakan untuk menganalisis pengaruh jumlah
pemesanan bila terdapat perubahan harga (diskon) sehubungan dengan banyaknya
pemesanan.. bagaimanapun, dalam kenyataan sering dijumpai adanya pemotongan
atau pengurangan harga bila jumlah pemesanan semakin besar. Misalnya bila
jumlah yang dipesan lebih kecil dari 500 unit,maka harga akan sebesar harga
normal. Bila membeli 500 unit hingga 1000 unit akan diberi potongan harga 10%,
dan bila membeli di atas 1000 unit akan mendapat potongan 15%.
ii) Single-periode Model
Model
ini sering disebut sebagai model statis. Pemesanan dan persediaan dinalisis
berdasarkan trade off dengan menggunakan analisis marginal. Marginal analisis
di sini hanya akan cocok bila ada informasi mengenai probabilitas kejadian.
Dalam situasi ini, perlu dilihat mengenai laba yang diharap (expected profit)
dan kerugian yang diharap (expected loss). Dengan demikian bila laba yang
diharap lebih besar atau sama dengan kerugian yang diharap
iii) Miscellaneous System (Sistim Rupa-Rupa)
Ada setidaknya tiga sistim antara lain:
1. Sistim persediaan Sederhana
1. Sistim persediaan Sederhana
Sistim Persediaan Sederhana meliputi tiga sistim:
·
Sistim
Pemesanan Opsional
Suatu sistim pengendalian inventori dimana inventori
direview dengan frekuensi yang tetap seperti mingguan atau bulanan, dan
pemesanan penambahan dilakukan jika tingkat inventori telah berada pada jumlah
tertentu.
·
Two-Bin
System
Persediaan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama adalah persediaan yang akan digunakan, sedang kelompok kedua berfungsi
sebagai penyangga untuk menjamin ketersediaan bahan.
·
One-Bin
System
Suatu sistim dimana penambahan dilakukan secara
periodik tanpa mempermasalahkan barapa banyak yang dibutuhkan
2. ABC Classification System
Menurut
sistim ini, pengendalian inventori dilakukan berdasarkan kategorinya.
Pengkategorian inventori didasarkan pada nilai item. Untuk kelompok A terdiri
dari item-item yang memiliki nilai tinggi, kelompok B untuk item-item yang
memiliki nilai moderat, dan kategori C untuk item-item yang nilainya rendah dan
kuantitasnya besar.. Tujuan dari pengelompokan ini adalah untuk memisahkan
tingkat pengendalian item-item persediaan. Semakin tinggi nilainya semakin
diperlukan pengendalian yang ketat.
3. Penghitungan ulang Inventori dan Akurasi
Pencatatan inventori biasanya berbeda dengan
pehitungan fisik aktual. Akurasi inventori menunjuk pada sejauh mana keseuaian
antara jumlah yang dicatat dan jumlah fisik aktualnya. Untuk menjamin akurasi
inventori, penghitungan inventori dilakukan sesering mungkin dan mencocokkannya
dengan catatan. Metode yang digunakan disebut Cycle Counting. Cycle Counting
adalah teknik penghitungan inventori secara fisik dengan frekuensi yang lebih
sering. Tidak hanya satu atau dua kali setahun.
Sistem Persediaan Untuk Permintaan Dependen
Untuk dapat melakukan pengendalian terhadap inventori dalam konteks permintaan yang dependen, ada beberapa sistem yang dapat digunakan, yakni: 1). Material Requirement Planning (MRP) System. 2). Manufacturing Resource Planning/ Enteprise Resource Planning (MRPII/ big MRP/ ERP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar